Perbedaan Gaya Akting dalam Anime dan Film atau Drama Jepang - ANIMEku

ANIMEku

All About Anime & Manga

Breaking

Search

Saturday, 1 November 2025

Perbedaan Gaya Akting dalam Anime dan Film atau Drama Jepang

Perbedaan Gaya Akting dalam Anime dan Film atau Drama Jepang





Dalam dunia hiburan Jepang, ada tiga bentuk karya audio-visual yang sangat populer: animefilm, dan drama televisi (dorama). Ketiganya sama-sama menyajikan cerita melalui gabungan antara gambar dan suara, tetapi masing-masing memiliki pendekatan berbeda, terutama dalam hal akting dan cara penyampaian emosi.

Secara visual, anime menampilkan karakter dalam bentuk animasi dua dimensi yang digambar secara artistik. Sementara film dan drama menggunakan aktor nyata yang berperan langsung di depan kamera, kadang didukung oleh efek visual canggih untuk menambah realisme. Ada juga beberapa film Jepang yang sepenuhnya menggunakan animasi, tetapi jumlahnya tidak sebanyak anime murni.

Baik dalam anime maupun film dan drama, keberhasilan sebuah karya sangat bergantung pada kualitas akting para pemeran. Dalam anime, pemerannya disebut seiyuu (声優) — istilah Jepang yang berarti voice actor atau pengisi suara. Di film dan drama, mereka disebut aktor atau aktris. Meskipun sama-sama berperan sebagai “pembawa karakter”, cara mereka berakting berbeda secara mendasar.


1. Akting dalam Film dan Drama: Lebih Natural dan Realistis

Akting dalam film dan drama Jepang biasanya menekankan kealamian ekspresi dan dialog. Karena dimainkan oleh manusia sungguhan, setiap gerak tubuh, tatapan mata, hingga intonasi suara harus tampak wajar agar penonton merasa terhubung secara emosional.

Misalnya, ketika seorang aktor menangis atau tertawa, reaksi tersebut tidak hanya terlihat dari suaranya, tetapi juga dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Inilah yang membuat akting dalam film atau drama terasa lebih hidup dan manusiawi.

Jika diibaratkan makanan, akting aktor dalam film dan drama adalah seperti sayur bening — sederhana, jujur, namun menyegarkan dan penuh makna.


2. Akting dalam Anime: Lebih Ekspresif dan Penuh Karakter

Berbeda dengan aktor film, seiyuu dalam anime hanya bisa mengandalkan suara untuk menghidupkan karakter. Karena wujud karakter berupa gambar, seiyuu harus menyalurkan emosi melalui intonasi, tempo bicara, dan nuansa suara.

Sering kali karakter anime digambarkan dengan ekspresi yang lebih ekstrem — tertawa keras, berteriak emosional, atau berbicara dengan gaya khas yang tidak realistis di dunia nyata. Karena itu, seiyuu dituntut untuk “menebalkan” akting mereka agar sesuai dengan gaya visual anime.

Selain itu, seiyuu juga harus mampu memainkan berbagai jenis karakter dengan kepribadian dan usia yang berbeda. Mereka sering mengubah nada, ritme, dan gaya bicara agar setiap karakter terdengar unik dan mudah dikenali penonton. Beberapa bahkan memiliki suara khas yang menjadi trademark pribadi mereka.

Bisa dikatakan, akting seiyuu dalam anime ibarat rendang — kaya rasa, kuat, dan meninggalkan kesan mendalam di benak penikmatnya.


3. Seiyuu dengan Suara Khas: Membentuk Ciri dan Identitas

Beberapa seiyuu dikenal luas karena suara unik dan mudah dikenali, bahkan hanya dari satu kata atau napas. Contohnya:

  • Takehito Koyasu, yang terkenal lewat perannya sebagai Dio Brando dalam JoJo no Kimyou na Bouken, dengan suara ikoniknya saat berteriak “Za Warudo!”

  • Saori Hayami, pengisi suara Shinobu Kochou dari Kimetsu no Yaiba, dikenal dengan suara lembutnya yang menenangkan.

  • Miyuki Sawashiro, yang memerankan Kurapika dalam Hunter x Hunter, serta

  • Kenjirou Tsuda, sang pengisi suara Kento Nanami dalam Jujutsu Kaisen, yang bahkan bisa dikenali hanya dari tarikan napasnya.

Ciri khas suara seperti ini menjadi nilai jual tersendiri bagi seorang seiyuu. Mereka tidak hanya diingat karena karakter yang diperankan, tetapi juga karena “warna suara” yang menjadi identitas mereka di industri anime.


4. Seiyuu dengan Gaya Akting Alternatif

Selain mereka yang menonjol karena suara khas, ada pula seiyuu yang menarik perhatian berkat pendekatan akting yang realistis — mirip dengan aktor film. Mereka lebih menekankan keaslian emosi daripada gaya berlebihan.

Beberapa contoh di antaranya adalah:

  • Miyu Irino (Jinta Yadomi dalam AnoHana),

  • Sumire Morohoshi (Emma dalam The Promised Neverland),

  • Yume Miyamoto (Rikka Takarada dalam SSSS.Gridman), dan

  • Shion Wakayama (Momo Ayase dalam Dandadan).

Menariknya, keempatnya mengawali karier sebagai aktor cilik di teater Gekidan Himawari, yang terkenal menghasilkan banyak talenta akting berbakat. Latar belakang di dunia teater membuat mereka memiliki pemahaman mendalam tentang emosi manusia, sehingga suara yang mereka hasilkan terasa lebih alami dan membumi.


5. Tidak Ada yang Paling Benar: Semua Bergantung pada Konteks

Baik anime, film, maupun drama memiliki tujuan artistik dan target penonton yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan akting yang digunakan juga tidak bisa disamakan. Karakter yang sama, ketika diperankan oleh seiyuu berbeda, bisa memberikan kesan yang benar-benar berbeda. Bahkan, seiyuu yang sama bisa menampilkan interpretasi berbeda jika rekaman dilakukan pada waktu yang lain — misalnya dalam versi sekuel atau adaptasi baru.

Perubahan itu bisa disebabkan oleh pengalaman hidup seiyuu yang bertambah, pemahaman baru terhadap karakter, atau perubahan gaya penyutradaraan. Dengan kata lain, akting bukanlah tentang siapa yang paling benar, melainkan tentang seberapa dalam seorang pemeran memahami dan menghidupkan karakternya.

Banyak seiyuu profesional berpendapat bahwa “tidak ada kebenaran mutlak dalam berakting.” Yang bisa mereka lakukan hanyalah berusaha memberikan yang terbaik, agar karakter yang mereka mainkan terasa autentik dan menyatu dengan jiwa mereka sendiri.


Kesimpulan

Perbedaan akting antara anime dan film atau drama Jepang bukanlah persoalan kualitas, tetapi perbedaan medium dan ekspresi seni. Aktor dalam film mengandalkan seluruh tubuh dan ekspresi wajah, sementara seiyuu menggunakan suara sebagai alat utama untuk menyampaikan emosi dan kepribadian karakter.

Keduanya sama-sama memerlukan kemampuan observasi, penghayatan, dan dedikasi tinggi. Tanpa akting yang kuat — baik di layar nyata maupun dunia animasi — karakter hanya akan menjadi gambar atau sosok kosong tanpa jiwa.


Tag: #Anime #DramaJepang #Seiyuu #Akting #FilmJepang #PerbedaanAnimeDanFilm #IndustriHiburanJepang

No comments:

Post a Comment